Selasa, 15 Januari 2008

acara erau








Asal Mula Erau






Logo Erau Kutai Kartanegara
Logo Erau Kutai Kartanegara

Sejarah Erau
Erau pertama kali dilaksanakan pada upacara tijak tanah dan mandi ke tepian ketika Aji Batara Agung Dewa Sakti berusia 5 tahun. Setelah dewasa dan diangkat menjadi Raja Kutai Kartanegara yang pertama (1300-1325), juga diadakan upacara Erau. Sejak itulah Erau selalu diadakan setiap terjadi penggantian atau penobatan Raja-Raja Kutai Kartanegara.

Dalam perkembangannya, upacara Erau selain sebagai upacara penobatan Raja, juga untuk pemberian gelar dari Raja kepada tokoh atau pemuka masyarakat yang dianggap berjasa terhadap Kerajaan.

Naga Erau
Naga Erau yang telah siap diulur

Pelaksanaan upacara Erau dilakukan oleh kerabat Keraton/Istana dengan mengundang seluruh tokoh pemuka masyarakat yang mengabdi kepada kerajaan. Mereka datang dari seluruh pelosok wilayah kerajaan dengan membawa bekal bahan makanan, ternak, buah-buahan, dan juga para seniman. Dalam upacara Erau ini, Sultan serta kerabat Keraton lainnya memberikan jamuan makan kepada rakyat dengan memberikan pelayanan dengan sebaik-baiknya sebagai tanda terima kasih Sultan atas pengabdian rakyatnya.

Setelah berakhirnya masa pemerintahan Kerajaan Kutai Kartanegara pada tahun 1960, wilayahnya menjadi daerah otonomi yakni Kabupaten Kutai. Tradisi Erau tetap dipelihara dan dilestarikan sebagai pesta rakyat dan festival budaya yang menjadi agenda rutin Pemerintah Kabupaten Kutai dalam rangka memperingati hari jadi kota Tenggarong, pusat pemerintahan Kerajaan Kutai Kartanegara sejak tahun 1782.
(kutaikartanegara.com)


Pelaksanaan Erau
Pelaksanaan Erau yang terakhir menurut tata cara Kesultanan Kutai Kartanegara dilaksanakan pada tahun 1965, ketika diadakan upacara pengangkatan Putra Mahkota Kesultanan Kutai Kartanegara, Aji Pangeran Adipati Praboe Anoem Soerya Adiningrat.

Sedangkan Erau sebagai upacara adat Kutai dalam usaha pelestarian budaya dari Pemda Kabupaten Kutai baru diadakan pada tahun 1971 atas prakarsa Bupati Kutai saat itu, Drs.H. Achmad Dahlan. Upacara Erau dilaksanakan 2 tahun sekali dalam rangka peringatan ulang tahun kota Tenggarong yang berdiri sejak 29 September 1782.

Atas petunjuk Sultan Kutai Kartanegara yang terakhir, Sultan A.M. Parikesit, maka Erau dapat dilaksanakan Pemda Kutai dengan kewajiban untuk mengerjakan beberapa upacara adat tertentu, tidak boleh mengerjakan upacara Tijak Kepala dan Pemberian Gelar, dan beberapa kegiatan yang diperbolehkan seperti upacara adat lain dari suku Dayak, kesenian dan olahraga/ketangkasan.

Mata Acara Pokok Erau






Menjamu Benua

Menidurkan Ayu

Kesenian dan Adat Kutai

Menyisikan Lembu Suana dan Tambak Karang

Beluluh

Bekanjar dan Beganjur

Seluang Mudik

Belian, Bekenjong

Dewa Memanah, Besaong Manok, Menjala

Bepelas, Tepong Tawar

Merebahkan Ayu, Beburay, dan Syukuran

Mengulur Naga dan Belimbur

Ziarah ke Makam Aji Imbut (pendiri kota Tenggarong)

Ziarah ke Kutai Lama

Menjamu Benua
Menjamu Benua

Bepelas
Sultan H.A.M. Salehuddin II sedang Bepelas

Acara Kesultanan

Seni Budaya Kutai di Kedaton Kutai Kartanegara


Sajian tari Topeng Kemindu yang dibawakan oleh cucu Sultan HAM Salehoeddin II di Kedaton Kutai Kartanegara
Photo: Agri


Acara Naik Mentuha
Photo: Agri


KutaiKartanegara.com 24/09/03 13:02 WITA
Berbagai kegiatan seni budaya digelar dalam rangka memeriahkan Erau Kutai Kartanegara, tak terkecuali kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan pihak Lembaga Adat Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura. Selain sebagai penyelenggara Erau Adat Kutai Kartanegara yang berkaitan dengan upacara-upacara sakral pagelaran seni budaya keraton, Lembaga Adat Kesultanan juga menggelar pagelaran seni budaya Kutai yang berlangsung di Kedaton Kutai Kartanegara.

Peragaan seni budaya Kutai Kartanegara ini digelar setiap hari mulai pukul 10.00 WITA sejak hari Minggu (21/09) hingga Sabtu (27/09), kecuali hari Jum'at. Adapun upacara adat keraton yang ditampilkan adalah serangkaian upacara adat perkawinan Kutai yang diawali dengan Melamar, Nyorong Tanda, Akad Nikah, Bepacar, Mendi-Mendi dan Bealis, Naik Penganten, Beluluh Pengantin dan Naik Mentuha.

Upacara lainnya adalah upacara Belenggang dan Mandi-Mandi yang dikhususkan bagi seorang ibu yang tengah mengandung. Dilanjutkan upacara yang berkaitan dengan kelahiran anak seperti Tasmiyah, Naik Ayun dan Tumbang Apam.

Menurut Hj Adji Djauhariah selaku Koordinator Peragaan Seni Budaya Kutai, khusus untuk acara Tasmiyah, Naik Ayun dan Tumbang Apam yang berlangsung besok (25/09) akan dikerjakan sesungguhnya, bukan dalam bentuk peragaan seperti upacara perkawinan yang diperagakan oleh beberapa model.

Selain upacara-upacara adat tersebut, juga akan ditampilkan kesenian kesenian Jepen dan Tingkilan, Tari Ganjar Ganjur, Tari Topeng, Hadrah dan Rudat. Tak ketinggalan adalah peragaan busana tradisional bangsawan Kutai Kartanegara yang akan diselenggarakan pada hari Sabtu (27/09) mendatang. Seluruh acara yang digelar di Kedaton ini terbuka untuk masyarakat umum dan tidak dikenakan pungutan.

Peragaan seni budaya yang berlangsung di Kedaton Kutai Kartanegara ini sangat menarik perhatian masyarakat, terutama para wisatawan nusantara yang sangat antusias menyaksikan untuk mengetahui lebih dekat budaya Kutai. Acara ini juga selalu dihadiri permaisuri Aji Ratu Aida beserta anggota kerabat Kesultanan Kutai lainnya. (win)



Acara Mendi-Mendi bagi pengantin wanita
Photo: Agri


Bealis, salah satu rangkaian dari upacara adat perkawinan Kutai
Photo: Agri


Upacara adat Beluluh Pengantin yang sudah sangat jarang dilaksanakan
Photo: Agri

kereta gantung Pulau Kumala

Pulau Kumala Diserbu, Kereta Gantung Diminati


Wahana kereta gantung yang sangat diminati pelancong untuk menuju Pulau Kumala

Photo: Agri


Antrian panjang warga yang ingin menggunakan kereta gantung
Photo: Agri


KutaiKartanegara.com 19/11/04 08:58 WITA
Kendati belum rampung 100%, pusat rekreasi dan wisata andalan kota Tenggarong yakni Pulau Kumala telah menjadi daya tarik bagi para pelancong lokal untuk berkunjung ke pulau seluas 86 hektare ditengah sungai Mahakam tersebut.

Terutama pada hari libur seperti Sabtu dan Minggu maupun hari libur nasional, ribuan warga asal
kota Samarinda, Balikpapan, Bontang hingga daerah-daerah lainnya berbondong-bondong menyerbu Pulau Kumala yang dapat diakses dengan menggunakan perahu ketinting maupun cable car atau kereta gantung.

Dan wahana kereta gantung tampaknya menjadi salah satu akses ke Pulau Kumala yang cukup banyak menarik minat masyarakat. Ratusan pelancong rela membeli tiket kereta gantung yang dipatok sebesar Rp 7.500 bagi orang dewasa atau Rp 5.000 bagi anak-anak ini kemudian antri menunggu giliran untuk menggunakan 8 kabin yang ada.

Untuk menyeberangi Pulau Kumala dengan menggunakan kereta gantung memang memiliki keasyikan tersendiri, para pelancong dapat menikmati keindahan kota Tenggarong dan Pulau Kumala yang terletak ditengah sungai Mahakam dari ketinggian. Itulah sebabnya fasilitas kereta gantung begitu diminati para pelancong yang ingin berekreasi di Pulau Kumala.


Bupati Kukar H Syaukani HR (kanan) saat berdialog dengan para pengunjung Pulau Kumala di wahana kereta gantung
Photo: Agri


H Syaukani HR ketika mencoba sebuah kabin VIP yang baru dipasang beberapa waktu lalu
Photo: Agri


Antusiasme masyarakat untuk menggunakan kereta gantung ini disaksikan sendiri oleh Bupati Kutai Kartanegara (Kukar) Drs H Syaukani HR MM saat hendak mencoba kabin VIP yang baru dipasang pada wahana kereta gantung di Tenggarong Seberang, Rabu (17/11) lalu.

Saat menanti kabin VIP disiapkan, Syaukani menghampiri beberapa pelancong yang sedang antri dan kemudian menyalami mereka. Ketika ditanya Syaukani darimana asal mereka, para wisatawan lokal ini mengaku berasal dari kota Samarinda dan Jakarta.

Usai mencoba kabin VIP tersebut, kepada wartawan Bupati Kukar Syaukani mengatakan bahwa kabin-kabin pada kereta gantung tidak akan ditambah lagi agar tidak menambah beban maskimal pada kabel yang membentang diatas sungai Mahakam tersebut.

Bangun Jembatan Gantung
Untuk mengantisipasi ledakan kunjungan di masa mendatang jika Pulau Kumala telah rampung dikerjakan, sebuah jembatan gantung akan dibangun untuk menghubungkan daratan kota Tenggarong dengan Pulau Kumala sehingga akses menuju pulau tersebut dapat dilakukan dengan berjalan kaki.

Menurut Syaukani, jembatan gantung dengan desain futuristik tersebut akan mulai dikerjakan pada tahun 2005 dan diharapkan rampung pada tahun 2006. "Jadi bagi mereka yang takut melewati sungai karena tidak bisa berenang, dapat menggunakan jembatan ini untuk menuju Pulau Kumala," demikian kata Syaukani. (win)





salah satu wisata kutai kartanegara

Bukit Bangkirai, Kawasan Wisata Alam yang Mempesona


Canopy bridge, andalan wisata alam Bukit Bangkirai
Photo: Yanda, 2003

KutaiKartanegara.com 09/03/03
Jika anda ingin berwisata di akhir pekan, kawasan wisata alam Bukit Bangkirai yang terletak di Kecamatan Samboja mungkin dapat dijadikan pilihan liburan bersama keluarga, relasi atau kekasih. Di kawasan Bukit Bangkirai ini, wisatawan dapat menikmati suasana hutan hujan tropis yang masih alami dan bahkan kicauan burung dan suara-suara satwa hutan lainnya pun masih dapat didengarkan.

Tak hanya itu, para wisatawan yang memiliki masalah berada di ketinggian mungkin dapat mencoba tantangan untuk meniti canopy bridge atau jembatan tajuk yang digantung menghubungkan 5 pohon Bangkirai. Tentunya ada perasaan ngeri namun mengasyikkan bila menyusuri jembatan gantung di ketinggian 30 meter dari muka tanah sementara desiran angin yang sejuk cukup membuat bulu kuduk merinding, apalagi jembatan semakin berayun-ayun di saat kita baru mencapai separo jalan.


Meniti jembatan tajuk (canopy bridge)
Photo: Agri, 2003

Tapi bagi yang jiwanya tidak memiliki masalah terhadap ketinggian, berjalan menyusuri canopy bridge sungguh menyenangkan. Dari atas canopy bridge, wisatawan dapat dengan leluasa melihat panorama hutan hujan tropis (tropical rain forest) Bukit Bangkirai serta mengamati dari dekat formasi tajuk tegakan "Dipteropcarpaceae" yang menjadi ciri khas hutan hujan tropis, yang membentuk stratum atas yang saling sambung menyambung.

Panjang keseluruhan canopy bridge yang ada di Bukit Bangkirai adalah sepanjang 64 meter yang menghubungkan 5 pohon Bangkirai. Untuk mencapai canopy bridge, terdapat dua menara dari kayu ulin yang didirikan mengelilingi batang pohon Bangkirai.

"Canopy bridge yang ada di Bukit Bangkirai ini merupakan yang pertama di Indonesia, kedua di Asia dan yang kedelapan di dunia. Konstruksinya dibuat di Amerika Serikat, dan dari segi keamanan juga cukup terjamin." kata Ir Ruspian Noor, salah seorang petugas dari PT Inhutani I.

Sebagai kawasan wisata alam, berbagai sarana dan prasarana telah dipersiapkan bagi para wisatawan yang datang seperti restoran dengan menu yang cukup bervariasi, lamin untuk pertemuan yang mampu menampung 100 orang, serta penginapan berupa cottage dengan fasilitas AC maupun jugle cabin, yakni cottage yang tidak dilengkapi fasilitas listrik sehingga wisatawan yang menginap disitu dapat merasakan suasana hutan yang sebenarnya.


Menara menuju canopy bridge
Photo: Yanda, 2003

Kawasan Bukit Bangkirai yang luasnya mencapai 1.500 hektare ini merupakan kawasan hutan konservasi yang mempunyai peran penting untuk mengembangkan monumen hutan alam tropika basah yang dapat dijadikan sebagai sarana pendidikan lingkungan dan kehutanan.

Kawasan hutan wisata ini bertujuan untuk mengembangkan potensi wisata alam dan penelitian ilmiah serta meningkatkan kecintaan masyarakat terhadap lingkungan dan hutan. Pada tanggal 14 Maret 1998, 510 hektare dari kawasan ini diresmikan sebagai kawasan wisata oleh Djamalludin Suryohadikusumo, Menteri Kehutanan RI pada Kabinet Pembangunan VI sebagai upaya pengembangan potensi wisata alam dan ilmiah serta untuk meningkatkan kecintaan terhadap lingkungan terutama pada flora dan fauna.

Kawasan wisata alam ini diberi nama Bukit Bangkirai karena dominannya pohon jenis Bangkirai yang tumbuh di kawasan hutan lindung ini. Pohon Bangkirai pun kemudian dijadikan maskot utama obyek wisata yang telah mendunia ini. Di kawasan ini banyak terdapat pohon Bangkirai yang berumur lebih dari 150 tahun dengan ketinggian mencapai 40 hingga 50 m, dengan diameter 2,3 m. Pertumbuhan banir (akar papan) yang besar dan kuat menjadikan pohon ini memiliki nilai keindahan tersendiri.

Bukit Bangkirai terletak sekitar 150 km dari kota Tenggarong atau Samarinda dan hanya sekitar 58 km dari arah kota Balikpapan serta 20 km dari ibukota Kecamatan Samboja. Untuk mencapai kawasan wisata alam ini, wisatawan dapat menempuhnya melalui jalan darat dengan menggunakan kendaraan roda empat maupun roda dua.


Kera ekor panjang, salah satu penghuni Bukit Bangkirai
Photo: Univ. Waterloo, Canada

Secara geografis, kawasan Bukit Bangkirai termasuk dataran rendah (primary lowland) "Dipterocarp forest" yang stabil, sehingga kawasan ini dijadikan tempat invasi burung dari wilayah Kawasan Hutan Taman Wisata Bukit Soeharto (sekitar 30 km) maupun wilayah sekitarnya yang terkena pengaruh kebakaran hutan. Dari pengamatan yang telah dilakukan, terdapat 113 jenis burung yang hidup di kawasan Bukit Bangkirai ini.

Jenis-jenis fauna yang ada di kawasan Bukit Bangkirai adalah Owa-Owa (Hylobates muelleri), Beruk (Macaca nemestrina), Lutung Merah (Presbytus rubicunda), Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis), Babi Hutan (Susvittatus), Bajing Terbang (Squiler) serta Rusa Sambar (Corvus unicolor) yang telah ditangkarkan.


Salah satu pohon yang telah diadopsi
Photo: Agri, 2003

Kawasan Bukit Bangkirai juga kaya akan anggrek alam yang tumbuh secara alami di pepohonan yang masih hidup maupun yang sudah mati. Sedikitnya ada 45 jenis anggrek yang dapat dijumpai di kawasan ini, diantaranya adalah Anggrek Hitam (Coelegyne pandurata) yang sangat terkenal dan menjadi salah satu maskot Kalimantan Timur. Selain pembudidayaan anggrek-anggrek alam, juga dilakukan pengembangan anggrek silangan seperti Anggrek Kala, Anggrek Apple Blossom dan Anggrek Vanda. Selain kebun anggrek, kawasan wisata alam ini juga dilengkapi dengan kebun buah-buahan seluas 4 hektare.

Untuk menjaga keutuhan dan kelestarian pohon bangkirai di kawasan ini, pihak pengelola Bukit Bangkirai menawarkan program Adopsi Pohon kepada para sponsor atau donatur untuk menjadi "orangtua asuh" bagi pohon-pohon bangkirai yang dikehendaki. Saat ini pengadopsian pohon tersebut banyak dilakukan oleh pihak VIVO JICA Japan. Anda tertarik untuk mengadopsi sebuah pohon? Datanglah ke Bukit Bangkirai, berekreasi sambil melestarikan alam. (win)